Difference between revisions of "Anggur Cap Anak Muda Yogya"

From Lifepatch - citizen initiative in art, science and technology
Jump to navigation Jump to search
 
Line 1: Line 1:
 
[[File:Screenshot KORAN TEMPO Anggur-Cap-Anak-Muda-Yogya - Berita Utama-Jateng - koran.tempo.co.jpg | thumb | right | 200px| Screenshot Artikel di Situs Koran Tempo]]
 
[[File:Screenshot KORAN TEMPO Anggur-Cap-Anak-Muda-Yogya - Berita Utama-Jateng - koran.tempo.co.jpg | thumb | right | 200px| Screenshot Artikel di Situs Koran Tempo]]
  
Sebuah artikel mengenai [[Anggur Anak Muda]] hasil kreasi [[Lifepatch]] di koran Tempo online.
+
Sebuah artikel mengenai [[Anggur Anak Muda]] hasil kreasi [[Lifepatch]] di koran Tempo online. Artikel ini ditulis oleh Anang Zakaria dan disalin ulang oleh [[Andreas Siagian]] pada tanggal 8 April 2014.
 +
 
 +
== Isi Artikel ==
 +
=== Anggur Cap Anak Muda Yogya===
 +
YOGYAKARTA - Sekelompok orang di Yogyakarta membuat minuman beralkohol (wine) aneka rasa.
 +
Dibuat dari fermentasi buah-buahan, produknya diberi nama anggur cap "Anak Muda". Penggagasnya adalah Agus Tri Budiarto, 42 tahun, Andreas Siagian (30), dan Nur Akbar Arofatullah (27). Mereka anggota Lifepatch, organisasi independen berbasis komunitas yang bekerja sama untuk mengembangkan aplikasi kreatif dan tepat guna di bidang seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Organisasi ini berdiri pada 26 Maret 2012. "(Tapi) sejak 2010, kami sudah mulai coba-coba membuat wine dari bermacam buah," kata Andreas, yang biasa disapa Ucok, Jumat lalu.
 +
 
 +
Setidaknya sudah 40 jenis buah mereka uji coba menjadi wine. Dari buah yang lazim ditemui di pasar, semisal salak, jambu, asam Jawa, dan apel, hingga yang jarang diperjualbelikan, di antaranya duwet. Selain buah, mereka membuat wine berbahan beras. "Rasanya enak semua," kata Agus, lelaki berambut gondrong yang biasa disapa Timbil.
 +
 
 +
Proses pembuatannya terbilang sederhana. Buah dipotong halus atau dihancurkan dengan blender dan dimasak hingga matang. Setelah didinginkan hingga suhu di bawah 40 derajat Celsius, buah lantas disimpan dalam tabung kaca dan dicampur dengan ragi. Selanjutnya, botol ditutup rapat dan diberi selang kecil sebagai "jalan" bagi CO2 selama proses fermentasi.
 +
 
 +
Agus mengatakan rata-rata butuh waktu 21-30 hari untuk mengubah buah-buahan itu menjadi minuman. Masing-masing buah memiliki karakteristik dan rasa yang unik. Tentang kandungan alkohol dalam minuman, ia melanjutkan, dipastikan tak lebih dari 13 persen. "Karena prosesnya fermentasi," kata lelaki berlatar belakang pendidikan Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta, itu. Proses ini, ia melanjutkan, berbeda dengan distilasi (penguapan), yang bisa menghasilkan kandungan alkohol hingga di atas 15 persen.
 +
 
 +
Selama proses uji coba pembuatan wine ini, kata dia, mereka dipandu ahli di bidang mirkobiologi dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tak hanya meramu wine, kolaborasi ini juga menghasilkan produk ragi yang terbuat dari buah sirsak. Dikemas dalam bungkusan kecil, ragi itu mereka jual dengan harga Rp 10 ribu per sachet. ANANG ZAKARIA
  
 
== Referensi dan Pranala Luar ==
 
== Referensi dan Pranala Luar ==

Latest revision as of 03:28, 9 April 2014

Screenshot Artikel di Situs Koran Tempo

Sebuah artikel mengenai Anggur Anak Muda hasil kreasi Lifepatch di koran Tempo online. Artikel ini ditulis oleh Anang Zakaria dan disalin ulang oleh Andreas Siagian pada tanggal 8 April 2014.

Isi Artikel

Anggur Cap Anak Muda Yogya

YOGYAKARTA - Sekelompok orang di Yogyakarta membuat minuman beralkohol (wine) aneka rasa. Dibuat dari fermentasi buah-buahan, produknya diberi nama anggur cap "Anak Muda". Penggagasnya adalah Agus Tri Budiarto, 42 tahun, Andreas Siagian (30), dan Nur Akbar Arofatullah (27). Mereka anggota Lifepatch, organisasi independen berbasis komunitas yang bekerja sama untuk mengembangkan aplikasi kreatif dan tepat guna di bidang seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Organisasi ini berdiri pada 26 Maret 2012. "(Tapi) sejak 2010, kami sudah mulai coba-coba membuat wine dari bermacam buah," kata Andreas, yang biasa disapa Ucok, Jumat lalu.

Setidaknya sudah 40 jenis buah mereka uji coba menjadi wine. Dari buah yang lazim ditemui di pasar, semisal salak, jambu, asam Jawa, dan apel, hingga yang jarang diperjualbelikan, di antaranya duwet. Selain buah, mereka membuat wine berbahan beras. "Rasanya enak semua," kata Agus, lelaki berambut gondrong yang biasa disapa Timbil.

Proses pembuatannya terbilang sederhana. Buah dipotong halus atau dihancurkan dengan blender dan dimasak hingga matang. Setelah didinginkan hingga suhu di bawah 40 derajat Celsius, buah lantas disimpan dalam tabung kaca dan dicampur dengan ragi. Selanjutnya, botol ditutup rapat dan diberi selang kecil sebagai "jalan" bagi CO2 selama proses fermentasi.

Agus mengatakan rata-rata butuh waktu 21-30 hari untuk mengubah buah-buahan itu menjadi minuman. Masing-masing buah memiliki karakteristik dan rasa yang unik. Tentang kandungan alkohol dalam minuman, ia melanjutkan, dipastikan tak lebih dari 13 persen. "Karena prosesnya fermentasi," kata lelaki berlatar belakang pendidikan Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta, itu. Proses ini, ia melanjutkan, berbeda dengan distilasi (penguapan), yang bisa menghasilkan kandungan alkohol hingga di atas 15 persen.

Selama proses uji coba pembuatan wine ini, kata dia, mereka dipandu ahli di bidang mirkobiologi dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tak hanya meramu wine, kolaborasi ini juga menghasilkan produk ragi yang terbuat dari buah sirsak. Dikemas dalam bungkusan kecil, ragi itu mereka jual dengan harga Rp 10 ribu per sachet. ANANG ZAKARIA

Referensi dan Pranala Luar