Air Antwerpen Residency Program 2017

From Lifepatch - citizen initiative in art, science and technology
Jump to navigation Jump to search

Sebuah program residensi selama 2 bulan yang diselenggarakan di Air Antwerpen sebagai hasil kerja sama antara Air Antwerpen dan Museum van Hedendaagse Kunst Antwerpen (M HKA). Dalam residensi ini, Lifepatch melakukan penelitian untuk mendukung proses pembuatan karya yang nantinya akan dipamerkan sebagai Solo Exhibition berjudul IN SITU: Lifepatch – The Tale Of Tiger And Lion di M HKA pada tanggal 16 September 2017 hingga 7 Januari 2018. Sedangkan pameran itu sendiri merupakan sebuah kegiatan yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan dalam Europalia Indonesia 2017 - 2018 di Belgia. Sebuah program bi-annual dari europalia yang pada periode 2017 - 2018 menghadirkan Indonesia tamu utama dalam program tersebut.

The Tale Of Tiger And Lion adalah sebuah pameran yang terfokus pada dua tokoh kunci dalam sejarah kolonial Belanda di Indonesia, yaitu Hans Christoffel dan Si Singamangaraja XII. Hans Christoffel adalah seorang Kapten pasukan di Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) yang bertugas melaksanakan pasifikasi di Hindia Belanda, sedangkan Si Singamangaraja adalah seorang pemimpin adat dan sekaligus seorang pemimpin spiritual masyarakat Toba yang memimpin perlawanan masyarakat Toba terhadap otoritas pemerintah kolonial di Sumatera Utara. Dimana setelah konflik berakhir, keduanya menjadi legenda dan pahlawan bagi masyarakat di negaranya masing-masing. Sedangkan pameran itu sendiri merupakan bentuk respon dari Lifepatch terhadap koleksi senjata dan berbagai artefak koleksi Hans Christoffel yang dikumpulkannya ketika bertugas dalam Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) dan memerangi berbagai perlawanan dari berbagai suku di Hindia Belanda. Dimana setelah menikah dengan Adolphina van Rijswijck (putri walikota Antwerp, Jan van Rijswijck) dan menetap di Antwerp, Hans Christoffel mengundurkan diri dari KNIL. Atas desakan sang istri, Christoffel menyumbangkan koleksinya yang berjumlah sangat banyak ke Museum Etnografi di Antwerp. Dalam pameran The Tale of Tiger and Lion, Lifepatch berkerja sama dengan M HKA dan Museum Aan de Stroom sebagai pemilik koleksi untuk memproduksi narasi dari kedua tokoh yang melatar belakangi keberadaan koleksi tersebut melalui karya-karya seni baru untuk menceritakan bagaimana persaingan dan kepentingan menjadi unsur yang saling berkaitan di era kolonialisme.

Dalam kegiatan residensi di Air Antwerpen yang dilakukan dari tanggal 27 Agustus 2017 hingga tanggal 13 Oktober 2017 tersebut, Lifepatch diwakili oleh "Wawies" Wisnu Wisdantio dan Agung "Geger" Firmanto. Dalam residensi ini, terdapat dua kegiatan utama, yaitu melakukan riset lanjutan tentang Hans Christoffel dan Si Singamangaraja XII sebagai bagian dari riset yang sudah dilakukan di Sumatera Utara pada bulan Juni hingga bulan Agustus 2017, serta mempersiapkan instalasi pameran IN SITU: Lifepatch – The Tale Of Tiger And Lion dalam Museum van Hedendaagse Kunst Antwerpen (M HKA).

Penyelenggara Air Antwerpen Residency Program 2017

Air Antwerpen

Air Antwerpen, Antwerp - Belgia

AIR Antwerpen adalah sebuah organisasi yang berpusat pada praktik artistik kontemporer dan berfokus pada pemenuhan kebutuhan artistik dari para seniman visual yang sedang mengembangkan dirinya. Sebuah organisasi yang membantu para seniman dalam berbagai proyek seni berbasis proses, dengan menggunakan waktu dan ruang sebagai premis dari berbagai praktik seni yang kontekstual dan berbasis karakteristik setempat.

Sebagai lembaga independen di dalam jaringan berskala nasional, AIR Antwerp menawarkan tempat tinggal sementara dalam lingkungan yang spesifik dengan didukung mitra pilihan bagi para seniman domestik maupun internasional. Selain itu, Air Antwerpen juga berupaya untuk selalu memelihara dialog antar budaya yang dapat muncul dari akar dan identitasnya terhadap budaya, kondisi sosial hingga ranah politik yang berkembang di Belgia di masa sekarang. Sebagai sebuah ruang di sebuah kota dengan tetap diwarnai kemegahan masa lalu dan selalu semarak oleh berbagai kegiatan seni kontemporer, Air Antwerpen berusaha untuk selalu memicu terjadinya dialog antara masa lalu dan sekarang, lokal dan global.

Selama berada di Air Antwerpen, Lifepatch berkesempatan mengikuti beberapa event sebagai bentuk hasil residensi dari beberapa seniman lain.


Museum van Hedendaagse Kunst Antwerpen (M HKA), Antwerp - Belgia

Museum van Hedendaagse Kunst Antwerpen (M HKA)

M HKA adalah sebuah museum seni kontemporer, film dan budaya visual dalam arti seluas-luasnya yang terletak di kota Antwerp, Belgia. M HKA menyimpan koleksi permanen dari berbagai karya seni kontemporer dari seniman Belgia maupun internasional, rumah sinema dan perpustakaan yang luas berisi berbagai buku tentang seni kontemporer. M HKA memiliki misi utama sebagai tempat terbuka yang dapat mempertemukan antara karya seni, seniman dan masyarakat. Serta memiliki cita-cita dapat menjadi pemeran utama di Flanders dan memperluas profilnya secara internasional dengan membangun sebuah tradisi avant-garde di kota Antwerp. Selain itu, M HKA juga menjadi jembatan penghubung antara pertanyaan-pertanyaan artistik dan permasalahan sosial yang lebih luas, antara ranah regional dan internasional, antara seniman dan masyarakat, antara tradisi dan inovasi, hingga antara refleksi dan presentasi. Terpusat di koleksi museum yang selalu berkembang, serta berbagai hal yang berkaitan dengan koleksi tersebut baik manajemen pengelolaan maupun berbagai penelitian. Dimana dalam hal ini, M HKA adalah sebuah institusi warisan budaya dari komunitas Flemish.

Kegiatan Dalam Air Antwerpen Residency Program

Kunjungan ke Venue Riset dan Penelitian

Bronbeek Museum

Bronbeek adalah sebuah bangunan bekas istana kerajaan yang terletak di kota Arnhem, Belanda. Semenjak dibeli oleh Raja Belanda William III, bangunan ini disumbangkan ke Negara Belanda dan difungsikan sebagai rumah tinggal bagi para veteran tentara Koninklijk Nederlands-Indisch Leger (KNIL) sekaligus untuk menyimpan berbagai "souvenir" para tentara itu ketika bertugas. Karena banyaknya artefak yang tersimpan, rumah tinggal para veteran ini dikembangkan menjadi museum yang menyimpan sejarah Kerajaan Belanda di masa kolonial di Dutch East Indies (Hindia Belanda). Fokus koleksi yang dipamerkan secara permanen di Bronbeek museum adalah berbagai artefak dan arsip berisi sejarah Koninklijk Nederlands-Indisch Leger (KNIL) atau the Royal Dutch-Indian Army dan lawan-lawannya sebagai bagian dari sejarah kehadiran kolonial Belanda di Asia Tenggara, khususnya di Hindia Belanda. Pengembangan museum ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran terhadap sejarah dan cerita masa lalu Belanda di era kolonial dan untuk meningkatkan minat terhadap hal ini. Bronbeek museum selain menyimpan berbagai artefak sejarah dari Indonesia di masa kolonial juga menyimpan berbagai dokumentasi dan arsip tentang para tentara Koninklijk Nederlands-Indisch Leger (KNIL) ketika bertugas di Hindia Belanda (Indonesia). Salah satunya adalah koleksi yang berupa arsip, dokumen, foto, maupun artefak yang memiliki kaitan erat dengan Hans Christoffel ketika bertugas sebagai tentara KNIL.

Museum aan de Stroom (MAS)

Museum aan de Stroom (MAS) adalah museum terbesar yang terletak di kota Antwerp, yaitu kota pelabuhan yang selama beberapa abad menjadi titik pertemuan dan pertukaran antara orang-orang dari seluruh dunia. Museum aan de Stroom (MAS) mengoleksi berbagai artefak, karya seni, hingga berbagai benda yang terkumpul karena arus pertemuan orang-orang yang datang ke Antwerp dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda. Hingga saat ini, MAS memiliki koleksi dengan jumlah sangat banyak hingga mencapai sekitar 500.000 item dan masih terus bertambah. Beberapa koleksi yang disimpan di MAS (Museum Aan de Stroom) adalah benda-benda yang semula di koleksi oleh Hans Christoffel dan didapatkannya dari berbagai daerah di Indonesia, antara lain dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi. Beberapa koleksi Hans Christoffel dari Indonesia dipamerkan dalam pameran permanen MAS disertai dengan narasi tentang Hans Christoffel, Sisingamangaraja XII dan hubungan keduanya dimasa kolonial.

Antwerpen Province, Belgia

Antwerpen adalah provinsi paling utara di Belgia yang berbatasan langsung dengan negara Belanda dan merupakan bagian dari Flemish region yang juga disebut Flanders. Ibukota dari Provinsi Antwerpen adalah Antwerp yang merupakan salah satu kota pelabuhan utama di Belgia yang terletak di muara sungai Scheldt. Dalam program residensi ini, Lifepatch melakukan penelitian di beberapa kota yang terdapat di provinsi Antwerpen, yaitu kota Antwerp dan wilayah Kalmthout yang berada di sisi utara kota Antwerp dan merupakan wilayah perbatasan antara negara Belgia dan Belanda. Selain melakukan penelitian di Museum aan de Stroom (MAS) yang terdapat di kota Antwerp dan menyimpan koleksi berupa berbagai artefak dan benda-benda koleksi Hans Christoffel, kota Antwerp dan wilayah Kalmthout merupakan daerah di provinsi Antwerpen yang menjadi tempat Hans Christoffel menghabiskan waktunya dan tinggal bersama istrinya setelah mengundurkan diri dari Koninklijk Nederlands-Indisch Leger (KNIL). Dimana selain koleksi artefak dan arsip bersejarah, peninggalan Hans Christoffel adalah persebaran rumah-rumah yang dulu merupakan tempat tinggal Hans Christoffel sebagai pembentuk narasi sejarah setelah sang Kapten mengundurkan diri dari K.N.I.L.

Artefak Dan Arsip Temuan

Penelitian di Bronbeek Museum, MAS, dan berbagai tempat di wilayah provinsi Antwerpen lebih terfokus pada penelitian dan pencarian Artefak, dokumentasi, hingga arsip sebagai dokumentasi kejadian yang terjadi di Sumatera Utara untuk melengkapi narasi tentang Hans Christoffel, Si Singamangaraja XII, dan konflik keduanya di Perang Tapanuli yang belum lengkap didapatkan dari penelitian di Sumatera Utara. Penelitian melalui cara kunjungan langsung ke venue penelitian dan studi literatur berdasar data digital dari Bronbeek Museum dan MAS memberikan berbagai artefak, dokumentasi, hingga arsip yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori berdasarkan narasi dan melatar belakanginya. Kelompok artefak dan arsip tersebut adalah kelompok artefak yang bercerita tentang figur Hans Christoffel, bercerita tentang figur Si Singamangaraja XII, dan bercerita tentang keduanya ketika berhadapan di perang Tapanuli.

Hans Christoffel

Foto-foto dokumentasi figur Hans Christoffel

Foto-foto diri Hans Christoffel merupakan artefak yang sangat akurat untuk memperlihatkan figur Hans Christoffel secara visual dan merekam berbagai aktivitas yang dilakukannya selama hidup. Akan tetapi, banyak dari foto-foto yang didapatkan lebih memberikan narasi ketika Hans Christoffel masih bertugas di Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL), sedangkan foto-foto setelah Christoffel mengundurkan diri sangat jarang ditemukan. Hal ini terjadi karena setelah mengundurkan diri dari KNIL, Christoffel berubah drastis dan berusaha untuk menghilangkan masa lalunya dengan cara menghancurkan semua catatan, jurnal, foto, hingga benda-benda yang telah dikumpulkannya selama bertugas di Hindia Belanda (Indonesia).

Foto-foto diri Adolphine Van Rijswijck

Adolphine Van Rijswijck adalah istri Hans Christoffel yang memberi pengaruh cukup besar dalam kehidupan Hans Christoffel dan perubahan pandangan hidupnya. Selain itu, putri dari walikota Antwerp Van Rijswijck ini juga memiliki kontribusi sangat besar pada penyelamatan koleksi artefak milik Hans Christoffel untuk diserahkan ke kota Antwerp yang kemudian saat ini menjadi koleksi Museum aan de Stroom. Sebagai figur di belakang layar, tidak banyak dokumentasi dan arsip yang bisa memberi narasi yang lebih detail tentang figur Adolphine Van Rijswijck. Melalui bantuan Willy Durinx (Co- Curator 'Collectie Christoffel' di Museum aan de Stroom (MAS) Antwerp, Belgium), terdapat beberapa foto koleksi Museum aan de Stroom bisa digunakan oleh Lifepatch selama melakukan penelitian dan merumuskan narasi tentang figur Hans Christoffel.

Stamboek van Officieren Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL)

Stamboek Officieren Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) adalah dokumentasi berupa kumpulan registrasi dan catatan dari setiap perwira KNIL ketika bertugas di Hindia Belanda dan saat ini tersimpan secara digital di Bronbeek Museum. Stamboeken Officieren berisi tentang data-data seorang perwira selama bertugas, meliputi: masuk pertama kali menjadi seorang tentara kerajaan Belanda, relokasi dan penugasan, operasi militer yang diikuti, promosi jabatan, cedera, hingga saat berhenti dari pelayanan militer baik penghentian, pensiun maupun kematian yang terhormat. Selain rekam dokumentasi pelayanan dalam dunia militer, Stamboek Officieren juga berisi sejumlah data pribadi, seperti tempat kelahiran dan nama orang tuanya, nama pasangan, hingga nama anak.

Dalam penelitian lifepatch ke Bronbeek museum di kota Arnhem, Belanda, Stamboek Officieren Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) milik Hans Christoffel yang menjadi koleksi Bronbeek Museum menjadi salah satu artefak utama untuk merangkai narasi sejarah Hans Christoffel selama bertugas di Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL), termasuk memberi rekam jejak berbagai penugasan yang dilakukan selama di Hindia Belanda, berbagai prestasi yang dicapainya, hingga persinggungannya dengan Si Singamangaraja XII.

Eresabel

The Eresabel, Pedang penghargaan yang diterima Hans Christoffel dari Ratu Wilhelmina (collection Number: 1961/08/31-1 - Courtesy of Bronbeek Museum)

The Eresabel adalah penghargaan tertinggi untuk keberanian dan prestasi seseorang dalam dunia militer kerajaan Belanda. Hanya para tentara dengan gelar Knights dalam jajaran Military Willems Order yang berhak menerimanya. Raja atau Ratu akan menghadiahkan pedang yang dihiasi ukiran pada bilah maupun sarungnya untuk selalu dikenakan bersamaan dengan seragam militer yang dimilikinya.

Hingga saat penelitian dilakukan oleh Lifepatch pada bulan September 2017, tercatat bahwa telah terdapat 106 buah Eresabel yang telah dianugerahkan pada para tentara pilihan dari Kerajaan Belanda dan salah satunya adalah Hans Christoffel.

Pada Eresabel milik Hans Christoffel terukir beberapa kalimat sebagai berikut:

  • pada sisi kanan: "KONINGIN WILHELMINA voor betoonde dapperheid"
  • pada sisi kiri: "FLORES 1907 EN 1908 KAPITEIN DER INFANTERIE H. CHRISTOFFEL"

Dalam penelitian lifepatch ke Bronbeek museum di kota Arnhem, Belanda, Eresabel milik Hans Christoffel adalah satu-satunya artefak peninggalan berupa benda pribadi milik Hans Christoffel yang masih tersimpan dengan baik dalam gudang penyimpanan Bronbeek museum hingga saat ini.


Artikel Tentang Hans Christoffel dalam Surat Kabar

Rekam digital berupa scan surat kabar yang menjadi koleksi Museum aan de Stroom menjadi salah satu rekam jejak sejarah Hans Christoffel. Beberapa scan digital yang diperoleh Lifepatch dari koleksi Museum aan de Stroom menjadi salah satu sumber informasi penting dalam membaca perjalanan Hans Christoffel semenjak masih bertugas di KNIL hingga ketika dia berada di masa tuanya yang berubah drastis dan membakar berbagai buku harian dan catatan, foto dan laporannya untuk menghilangkan catatan masa lalunya.


De Sumatra Post - 21 Oktober 1910

Scan digital artikel tentang pengunduran diri Hans Christoffel di tanggal 21 Oktober 1910 yang ditulis Zigsman dari De Sumatra Post dan menjadi koleksi Museum Aan de Stroom. Dalam artikel itu, Zigsman menyayangkan pilihan Christoffel untuk mengundurkan diri dan menganggap semua prestasi yang diraih Christoffel akan semakin berkilau sebagai puncak kejayaannya apabila dia menghilang atau lenyap di salah satu misinya. Tidak seperti veteran lainnya yang memilih pensiun dan perlahan menghilang tanpa jejak termakan jaman.

Artikel De Sumatra Post, 21 Oktober 1910 (Courtesy of Museum Aan de Stroom)

Sedangkan artikel Zigsman berdasar terjemahan dari tulisan Willy Durinx (Co- Curator 'Collectie Christoffel' di Museum aan de Stroom (MAS) Antwerp, Belgium) sebagai berikut:

"Christoffel got his Honourable Dismissal... "
"Ever since he is hand over heels in love, he seems to have tired of life in the jungle. The fearless scout, bushranger and tracker, the warrior who was able to inspire his Ambonese soldiers to superhuman deeds, the hero who never sidestepped an obstacle, has succumbed to the whims of the daughter of an Antwerp Mayor. The East India Army forfeited him. The pleasures of life in Europe were more attractive to a man who had never before enjoyed them. He had his permission for leave extended time and again, and he returned reluctantly to the remote Tropics. He got his retirement for what seems a trifle in his extensive career. Oh, If only he would have disappeared on the pinnacle of his Glory! After he had done his unbelievable marauding through darkest Borneo, or his glorious feats against the insurgent leaders on Celebes, or, near here, his marvellous quest to apprehend Si Singamangaraja, the mystical priest-king who had eluded everyone but Christoffel. If he would have disappeared then, his career in the Indies would have been a truly great achievement, with a glittering lining. Now, like the others, he will disappear into oblivion like the others who went into retirement!” (De Sumatra Post, October 21st 1910)


De Telegraaf - 21 April 1940

Artikel wawancara Hans CHristoffel dalam De Telegraaf berjudul "Een ridder M.W.O. verhaalt van den Atjeh-oorlog" (Seorang Knight M.W.O. (Militaire Willems-Orde) mengingat perang di Atjeh) yang diterbitkan pada tanggal 21 April 1940 berisi tentang kehidupan sang legenda di masa tua dan bagaimana pandangannya terhadap kisah dan cerita di masa lalunya. Scan digital artikel yang masih disimpan oleh Museum Aan de Stroom tersebut menjadi salah satu artefak penting sebagai dokumentasi bagaimana Hans Christoffel mengubah pandangan hidupnya secara drastis dari seorang tentara dengan karier cemerlang dan ditakuti oleh musuh-musuhnya menjadi seorang pribadi yang ingin menghilangkan masa lalunya dan memulai hidup yang benar-benar baru.

Beberapa pandangan Hans Christoffel yang terungkap dalam wawancara itu berdasar terjemahan dari tulisan Willy Durinx (Co- Curator 'Collectie Christoffel' di Museum aan de Stroom (MAS) Antwerp, Belgium) dapat dapat kembali dikutip sebagai berikut:

Artikel wawancara Hans Christoffel - De Telegraaf, 21 April 1940 (Courtesy of Museum Aan de Stroom)
  • Ik heb in Indië mijn plicht gedaan, maar ook niets meer. En het is allemaal al zoo schrikkelijk lang geleden…
"I have done my duty in Indië, but nothing else. And it's all so terribly long ago..."
  • Dertig jaar geleden heb ik een gordijn laten vallen over alles wat er gebeurd was. Ik heb de rimboe van mij afgescuh, ben een nieuw leven begonnen, heb over het vroegere zoo weinig mogelijk gedacht, heb rust gezocht en gevonden….
"Thirty years ago, I dropped a curtain about everything that had happened. I shook off all my time in the jungle, started a new life, thought about the past as little as possible, searched for and found peace."
  • Met een verleden, waarmee ieder ander maar al te gaarne pronken zou, heft kapitein Christoffel volmaakt gebroken. Hij heft alle bescheiden uit zijn Indischen tijd, rapporten, brieven, foto’s…. verbrand!
"With the history where everybody else would be happy to boost about, Christoffel has completely broken with it. He has burned all things from his Indischen time, reports, letters, pictures...."


Rumah-rumah bekas tempat tinggal Hans Christoffel

Peninggalan lain dari Hans Christoffel yang masih bisa menjadi narasi perjalanan hidup Hans Christoffel di masa setelah mengundurkan diri dari KNIL adalah berbagai rumah yang tersebar di provinsi Antwerpen. Antwerp sebagai ibukota Provinsi Antwerpen merupakan kota tempat Hans Christoffel menghabiskan waktunya dan tinggal bersama istrinya setelah mengundurkan diri dari Koninklijk Nederlands-Indisch Leger (KNIL). Hingga saat ini, masih terdapat beberapa rumah bekas milik sang kapten yang masih bisa ditemukan dan tersebar di kota Antwerp.

Salah satu tempat tinggal Hans Christoffel dan Adolphine Van Rijswijck sebagai artefak yang sangat kuat menarasikan kedekatan Hindia Belanda dalam kehidupan Hans Christoffel adalah rumah yang ditinggalinya bersama Adolphine Van Rijswijck di district Kalmthout. Keunikan rumah ini adalah nama yang diberikan di desa yang berada di perbatasan antara negara Belgia dan negara Belanda ini, yaitu "Slamat". Dalam hal ini, kata Slamat atau Selamat dalam Kamus Bahasa Indonesia memiliki arti:

1) terbebas dari bahaya, malapetaka, bencana; terhindar dari bahaya, malapetaka; bencana; tidak kurang suatu apa; tidak mendapat gangguan; kerusakan, dan sebagainya
2) doa (ucapan, pernyataan, dan sebagainya) yang mengandung harapan supaya sejahtera (beruntung, tidak kurang suatu apa, dan sebagainya)
3) pemberian salam mudah-mudahan dalam keadaan baik (sejahtera, sehat dan afiat, dan sebagainya)


Si Singamangaraja XII

Dalam penelitian di Belgia, Lifepatch mencoba menggali lebih dalam narasi figur Si Singamangaraja XII dengan fokus pada hubungan antara Si Singamangaraja XII terhadap langkah-langkah politis kerajaan Belanda di masa Kolonial. Hal ini dilakukan untuk melihat figur Si Singamangaraja XII dari sisi lain karena semua koleksi yang dimiliki oleh setiap museum telah memberikan narasi yang sangat detail tentang budaya dan politik suku-suku asli di Hindia Belanda (Indonesia) termasuk narasi tentang Si Singamangaraja XII dan masyarakat Toba.

Satu-satunya artefak yang bisa didapatkan adalah surat Si Singamangaraja XII yang dikirimkan kepada pemerintah kolonial Belanda dan berisi tentang hibauan untuk menghentikan perang Tapanuli yang sudah berkepanjangan. Dalam surat tersebut, Si Singamangaraja XII meminta kerajaan Belanda menghentikan segala kepentingannya terhadap tanah Toba, menarik pasukkannya dan pergi meninggalkan Tanah Toba agar kembali tercipta perdamaian di Sumatera Utara. Surat ini menjadi artefak yang sangat kuat untuk memberi narasi bahwa pesan perdamaian melalui korespondensi menjadi salah satu media yang digunakan Si Singamangaraja XII untuk menghentikan perang Tapanuli yang pada dasarnya timbul karena dipicu oleh langkah politis kerajaan Belanda dalam menerapkan menerapkan Pax Neerlandica di Nusantara, yaitu penerapan dan penegasan otoritas Belanda melalui penyatuan dan pemulihan keamanan (unification dan pasification) di kepulauan Hindia Belanda sebagai satu kesatuan dengan wilayah Kerajaan Belanda. Hal ini dilakukan untuk membuat seluruh wilayah yang dikuasai Belanda menjadi aman dan terkendali di bawah sistem administrasi yang dikelola oleh pemerintah Belanda.

Scan digital surat Si SIngamangaraja XII dalam aksara Toba - Courtesy of Museum Aan de Stroom
Scan digital terjemahan surat Si SIngamangaraja XII dalam bahasa Toba - Courtesy of Museum Aan de Stroom

Teks terjemahan surat Si Singamangaraja XII oleh Willy Durinx (Co- Curator 'Collectie Christoffel' di Museum aan de Stroom (MAS) Antwerp, Belgium)

Translation of the letter of Si Singamangarajah XII from November 3rd 1904 (from the Dutch version K.I.T. nr 687/73)
This is a letter from Lord Sovereign Si Singamangaraja, who rules over the black-eyes, to Sir Supreme General, leader of the war of the Dutch Company. The reason that this letter is sent to Sir Supreme General is this: I have heard that you are waging war in Sibagindar, and that you have taken my subjects in custody; it is said that they would be Si Rompis and Guru Mangabat.
However, I have received peaceful words from the Great Lord of Medan and the High Resident of Tapanuli, and from the Controller of Barus, that the Dutch Company will not wage war against me and against those over which I rule.
I have replied with my letter to the Great Resident of Medan and also the Great High Resident of Tapanuli and the Controller of Barus, that we are now at peace, and that I will not wage war before I get the result of the meeting between the envoys of the ruler of Barus and Rajah Hatorusan and the ruler of Tungka. And that the Dutch Company will refrain from not respecting this. And now I say to Sir Supreme General: get back, do not keep waging war against me and those whom I rule over, because according to my letter to the Great Resident of Medan and the Great Resident of Tapanuli and the Controller of Barus, it is not allowed, and undesirable, that the Dutch Company annoys me and my subjects.
So it is like this: if the Sir Supreme General does not pull back his troops, then the Company contravenes the words of peace and the agreement made between the Great High Resident of Medan and the Great Resident of Tapanuli and Sir Controller of Barus.
And lastly: if there are complaints from your Company against my subjects in Boang, then send your letter to me in Pakpak language, so that I can set up an enquiry in order that my subjects are free from trouble.
Therefore, go away from here! If you don’t want to go away, you will contravene the letter of peace that was given to the High Resident of Tapanuli and the High Resident of Medan, and to Sir Controller of Barus.


So it shall be.
3rd day of November 1904


Artefak Kronologi Pengejaran Si Singamangaraja XII oleh Hans Christoffel

Animasi pengejaran Si SIngamangaraja XII oleh Hans Christoffel - Terispirasi dari peta pengejaran yang dipamerkan di Museum Aan de Stroom

Puncak dari Perang Tapanuli yang telah berlangsung selama 29 tahun semenjak tahun 1878 berpuncak pada langkah pemerintah Belanda melakukan operasi militer di tahun 1907. Dalam operasi militer ini, unit kecil kesatuan Maréchaussée bernama “Tiger Brigade” (Colonnie Matjan) dibawah pimpinan Kapitein Hans Christoffel dikirim khusus untuk mengejar Si Sisingamangaraja XII dan mengakhiri perang Tapanuli.

Telegram laporan perkembangan operasi militer

Dalam proses pengejaran tersebut, terdapat 2 (dua) artefak atau arsip berupa telegram yang merupakan koleksi arsip Bronbeek Museum sebagai sumber informasi dan penanda proses pengejaran Kapten Hans Christoffel dan Colonnie Matjan terhadap Si Singamangaraja XII. Sedangkan proses pengejaran Si Singamangaraja XII oleh pasukan Hans Christoffel dapat terlihat dari peta pengejaran dalam publikasi "De Laatste Batakkoning" Bronbeek Museum dan animasi pengejaran di pameran permanen di Museum Aan de Stroom. Berdasar kedua sumber tersebut, Lifepatch membuat kembali animasi proses pengejaran Si Singamangaraja XII oleh pasukan Hans Christoffel dan mendapat persetujuan dari Willy Durinx sebagai Co- Curator 'Collectie Christoffel' dan perwakilan dari Museum aan de Stroom (MAS) Antwerp, Belgium.

Scan Digital Telegram Letter K13 21 Mei 1907 (Collection Code:2.10.36.51 invnr. 85 - Courtesy of Bronbeek Museum dan Museum Aan de Stroom)
Scan Digital Telegram Letter Q16 21 Juni 1907 (Collection Code:2.10.36.51 invnr. 86 - Courtesy of Bronbeek Museum dan Museum Aan de Stroom)
  • Scan digital telegram dengan kode arsip 2.10.36.51 invnr. 85 koleksi Bronbeek Museum
Telegram dengan penanda Letter K13 dikirim oleh Resident Tapianuli kepada Minister van Kolonien di Den Haag - Belanda pada tanggal 21 Mei 1907. Telegram tersebut berisi tentang sebuah penyerbuan yang dilakukan Kapten Hans Christoffel dan pasukan Koloni Matjan ke salah satu markas persembunyian pasukan Si Singamangaraja XII dan keluarganya. Meskipun Si Singamangaraja XII dan para pengikutnya berhasil melarikan diri ke hutan Simsim, Kapten Hans Christoffel dan pasukan berhasil menangkap Boru Sagala, istri Si Singamangaraja XII serta dua orang anaknya.
- Terjemahan isi Scan Digital Telegram Letter K13 Tertanggal 21 Mei 1907 berdasar publikasi Bronbeek Museum
From the Resident of Tapianuli to the Minister of the Colonies
Sent from Siboga 21st May 1907
Received Den Haag 21st May 1907
(The) hiding-place (from the) Priest-King (Singamangaradja) was assaulted. (His) mother(,) wives (and) two daughters (were) captured. One Gajo man died.


- Terjemahan isi Scan Digital potongan surat kabar berisi berita penangkapan keluarga Si Singamangaraja XII yang tertempel pada Telegram Letter K13 Tertanggal 21 Mei 1907 berdasar terjemahan yang tertulis dalam publikasi Bronbeek Museum
Our Correspondent N. R. Ct. from Batavia:
Captain Christoffel assaulted the hiding-place of Si Singamangarajah. However, treachery was involved. The mother, a wife and two daughters of the priest were captured and many precious things fell into our hands. The chase will be continued forcefully.


  • Scan digital telegram dengan kode arsip 2.10.36.51 invnr. 86 koleksi Bronbeek Museum
Telegram dengan penanda Letter Q16 dikirim oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Heutsz kepada Minister van Kolonien di Den Haag - Belanda pada tanggal 21 Juni 1907. Telegram tersebut berisi tentang pertempuran antara Kapten Hans Christoffel dan Colonnie Matjan melawan Si SIngamangaraja XII dan kelompok pendukungnya yang menolak tawaran untuk menyerah. Dalam pertempuran yang terjadi pada tanggal 17 Juni 1907, Si Singamangaraja XII gugur bersama dengan putrinya yang bernama Boru Lopian dan kedua orang putranya yang bernama Sutan Nagari dan Patuan Anggi. Selain itu, juga terdapat 4 (empat) orang pengawal yang juga gugur.
- Terjemahan isi Scan Digital Telegram Letter Q16 tertanggal 21 Juni 1907 berdasar publikasi Bronbeek Museum
From the Governor-General if the Dutch Indies to the Minister of the Colonies.
Nr. 777
Presented at Tjipanas, the 21st June 1907
Received Den Haag on 21st June 1907 at 7:16 a.m.
(Captain) Christoffel again assaulted, on the 17th, the hiding-place of Si Singamangarajah. He was killed together with two of his sons and four of his followers.
Signed: Van Heutsz


Berita keberhasilan operasi militer dan gugurnya Si Singamangaraja XII dalam surat kabar

Keberhasilan Hans Christoffel menyelesaikan operasi militernya di Tano Toba dengan ditandai gugurnya Patuan Bosar Ompu Pulo Batu atau Si Singamangaraja XII menjadi berita besar. Hal yang tidak hanya menjadi penanda selesainya sebuah operasi militer tetapi juga menjadi penanda berakhirnya Perang Tapanuli yang telah berjalan selama 29 tahun semenjak tahun 1878 hingga 1907. Sehingga tanpa memerlukan waktu panjang, kisah tentang Hans Christoffel menjadi salah satu sumber berita hangat dalam berbagai surat kabar dan menganggapnya sebagai pahlawan di negara Belanda.

  • Terjemahan bebas berita berjudul "Kapitein Christoffel" di halaman 2 surat kabar "Het Nieuws Van Den Dag" tertanggal 21 Juni 1907
Captain Christoffel
Only a few and simple words will be given to crowning the officer, the unpredictable, the inspiring captain who only in a few weeks could fulfil an enormously hard task with an excellent result.
We do not want to make any comparisons, we do not want to quarrel with anyone: we only envious with Captain Christoffel: Seeing a man who honored by his position; a man who does more than his duty, the nation good servant, an officer who could make the Nederlandsch Indische Leger may be proud.
The long-sought-after Singamangaradja is ended; His followers have fallen with him or caught in our hands ... to Christoffel, whose policies, faithfulness and courage, who have achieved such an important result in the Sumatran regions. The Dutch people, the Indian residents thank him ......


  • Terjemahan bebas berita berjudul "Schitterend Succes van Kapitein Christoffel" di halaman 3 surat kabar "Het Nieuws Van Den Dag" tertanggal 21 Juni 1907
Glorious Success of Captain Christoffel
Captain Christoffel's end:
On the 17th, once again I assaulted the shelter (of the long-suffering Priestervorst) at Peradja in the hot forest. Si Singamangaradja and his eldest son: Soetan Negari was killed. In addition, toean Anggi, the four followers, also the infamous Mat Sawang, who was attacked Lieutenant Watrin. Caught: five children of Si Singamangaradja, one of them was injured by accident. Also a follower, who was also injured. The booty consists of a gun mod. 1895, a back loader, blank weapons and jewellery.

Karya Berdasar Hasil Riset dan Penelitian di Belgia

Riset dan penelitian yang dilakukan selama proses residensi di Air Antwerpen menjadi bagian dalam pameran Lifepatch di Belgia, baik dalam pameran IN SITU: Lifepatch – The Tale Of Tiger And Lion di M HKA Antwerp dan pameran berjudul "Tano Toba Saga" di Palais des Beaux-Arts (BOZAR) Brussels. Beberapa karya yang berkaitan langsung dan menggunakan materi berupa artefak dan arsip koleksi museum maupun benda-benda yang ditemukan selama residensi adalah karya berjudul My Message to Tana Toba dan Lucid memories.

My Message to Tana Toba

Karya istalasi "My Message to Tana Toba" merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari karya instalasi berjudul "From Toba To The World". Karya From Toba To The World adalah display dari kumpulan kartu pos berisi pesan-pesan singkat dan unik yang ditulis masyarakat di Sumatera Utara dan orang-orang Toba khususnya terlibat dan berpartisipasi dalam pekerjaan ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Kartu pos menjadi cara sederhana untuk mengekspresikan pesan-pesan yang mewakili kehadiran dan harapan umum mereka tentang sejarah nenek moyang dan budaya mereka.

Karya istalasi My Message to Tana Toba merupakan sebuah karya dengan harapan terjadi sebuah dialog antara masyarakat Toba dan masyarakat Belgia. Dalam karya ini, Lifepatch menyediakan kartu pos - kartu pos kosong dengan desain menggunakan foto artefak yang ditemukan di Belgia dan foto rumah Hans Christoffel (Villa Slamat). Harapan dalam instalasi ini adalah mendorong masyarakat / pengunjung pameran untuk berpartisipasi dan terlibat dengan menulis pesan mereka sebagai tanggapan atas berbagai pesan yang dikirmkan oleh masyarakat Toba dalam "From Toba To The World" maupun pesan - pesan mereka setelah datang ke pameran dan menerima pesan - selama pameran, sepanjang sejarah, tentang pesan dari Indonesia, pesan perdamaian dan cinta dari Indonesia dan harapan untuk sejarah masa depan yang lebih baik untuk kembali disampaikan ke masyarakat di Sumatera Utara, Indonesia.

Lucid memories

Artefak dan arsip Hans Christoffel menjadi pembentuk sebuah narasi panjang yang menceritakan tentang perjalanan hidup Hans Christoffel. Berawal dari seorang pemuda berkebangsaan switzerland menjadi tentara di legium asing Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) yang dikirimkan ke Hindia Belanda, menjadi seorang tentara yang naik menjadi seorang perwira dengan sangat cepat karena berbagai prestasinya yang dicapai dari setiap operasi militer yang diikutinya, hingga menjadi seorang kapten yang mendapat anugerah pedang Eresabel sebagai penghargaan tertinggi di jajaran tentara kerajaan Belanda. Namun, setelah mengundurkan diri dari dinas kemiliteran Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL), Hans Christoffel berubah drastis di masa tuanya. Banyak hal yang dia dapat dari Hindia Belanda dianggap sebagai masa lalu yang ingin dihapuskannya dari ingatan dan memorinya. Bahkan untuk benar-benar melupakannya, dia membakar setiap catatan, jurnal, dan foto-foto dari masa ketika Christoffel masih bertugas di Hindia Belanda (Indonesia).

Upaya Hans Christoffel untuk menghapus masa lalu yang pada kenyataannya tetap dia ingat sampai akhir masa hidupnya menjadi inspirasi dari pembuatan karya instalasi berjudul "Lucid memories". karya ini merupakan karya visual berupa video dengan menggunakan sistem Pepper Ghost Holographic Projection. Pemilihan metode ini adalah untuk memperlihatkan berbagai artefak dan arsip Hans Christoffel dalam menceritakan narasi perjalanan panjang kehidupan Hans Christoffel dalam bentuk citra maya (ghostly image) yang bagi sang kapten merupakan memory buruk yang tidak ingin diingatnya tetapi tetap selalu menghantuinya sampai kapanpun.

Dalam karya instalasi berjudul "Lucid Memories", perjalanan panjang Hans Christoffel terbagi menjadi 4 (empat) bagian utama, yaitu: The Profile yang menceritakan profil Hans Christoffel, The Duty yang menceritakan tugas-tugasnya sebagai seorang tentara dalam kesatuan Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) di Hindia Belanda, The Achievement yang menceritakan prestasi -prestasinya sebagai seorang prajurit kerajaan Belanda, dan The Aftermath yang menceritakan kisah hidupnya setelah mengundurkan diri dari dunia militer. 4 (empat) video berisi narasi dengan menggunakan berbagai artefak dan arsip dari Bronbeek Museum dan Museum aan de Stroom (MAS) ditampilkan dalam box Pepper Ghost Holographic Projection dan menjadi bagian dalam pameran IN SITU: Lifepatch – The Tale Of Tiger And Lion) di M HKA Antwerp.


Kompilasi atau kumpulan 4 video Hans Christoffel dalam instalasi Lucid Memories dalam pameran IN SITU: Lifepatch – The Tale Of Tiger And Lion

Persiapan Dan Pemasangan Instalasi IN SITU: Lifepatch – The Tale Of Tiger And Lion

Persiapan dan pemasangan instalasi pameran IN SITU: Lifepatch – The Tale Of Tiger And Lion di Museum van Hedendaagse Kunst Antwerpen (M HKA) meliputi persiapan dan pemasangan instalasi yang telah dipersiapkan di Indonesia serta peminjaman beberapa artefak yang dimiliki oleh Museum Aan de Stroom (MAS) sebagai museum yang menyimpan seluruh koleksi pribadi Hans Christoffel setelah disumbangkan ke kota Antwerp.


Peminjaman Artefak Dari Museum Aan De Stroom (MAS)

Peminjaman artefak oleh Lifepatch dari MAS melalui kerjasama antara MAS dan M HKA merupakan kegiatan yang sudah direncanakan jauh sebelum keberangkatan "Wawies" Wisnu dan Agung "Geger" mengikuti Air Antwerpen Residency Program 2017. Beberapa artefak yang dipinjam dari MAS meliputi 4 (empat) bendera, satu buah meriam Lantaka, dan satu buah tongkat kayu Tunggal Panaluan yang dipercaya merupakan artefak dari masa Si Singamangaraja XII.


Pemasangan Display Artefak Dari Museum Aan De Stroom (MAS)

Artefak yang dipinjam dari Museum Aan De Stroom (MAS) terbagi menjadi 2 bagian, yaitu koleksi bendera dan koleksi obyek sejarah (artefak) sumbangan Hans Christoffel yang dipercaya memiliki nilai sejarah dan berasal dari masa Si Singamangaraja XII. Sebagai benda-benda bersejarah, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ketika mendisplay benda-benda tersebut sebagai bagian dari pameran Lifepatch di M HKA. Salah satu syarat yang cukup mempengaruhi pola desain dari layout pameran IN SITU: Lifepatch – The Tale Of Tiger And Lion adalah persyaratan display dari koleksi bendera yang hanya boleh disinari dengan cahaya temaran (sekitar 50 lumen). Sedangkan pemasangan benda-benda berupa Lantaka dan Tongkat Tunggal Panaluan hanya mengisyaratkan tidak boleh disentuh oleh pengunjung pameran.

Persyaratan tersebut menjadi dasar tata cara display yang kemudian digunakan untuk memamerkan artefak bersejarah yang dipinjam dari Museum Aan De Stroom. Penanganan yang dilakukan adalah memamerkan artefak berupa benda dalam pedestal dengan penutup akrilik, sedangkan display bendera diletakkan di tengah ruang pameran IN SITU dengan tidak di sinari lampu secara langsung serta menggunakan meja yang tertutup kaca.

Peminjaman dan Pemasangan Koleksi Foto Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) Dari KITLV Digital Image Library

Peminjaman koleksi foto oleh Lifepatch dari KITLV Digital Image Library dengan dibantu M HKA merupakan kegiatan yang sudah direncanakan dan dilakukan peminjaman jauh sebelum keberangkatan "Wawies" Wisnu dan Agung "Geger" mengikuti Air Antwerpen Residency Program 2017. Beberapa foto Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) yang dipinjam adalah 7 foto dokumentasi Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) dalam berbagai operasi militer di Sumatera.


Pemasangan Instalasi From Toba To The World

Karya From Toba To The World adalah display dari kumpulan kartu pos berisi pesan-pesan singkat dan unik yang ditulis masyarakat di Sumatera Utara dan orang-orang Toba khususnya terlibat dan berpartisipasi dalam pekerjaan ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Kartu pos menjadi cara sederhana untuk mengekspresikan pesan-pesan yang mewakili kehadiran dan harapan umum mereka tentang sejarah nenek moyang dan budaya mereka. Dalam Instalasi ini, tulisan-tulisan yang dikirimkan di alih bahasakan ke bahasa Inggris dan Belanda sehingga pengunjung pameran dapat menerima pesan yang dikirimkan. Kemudian diharapkan pengunjung akan merespon dengan menulis pesan-pesan balasan melalui kartu pos yang disediakan dan menjadi bagian dari instalasi My Message to Tana Toba


Pemasangan Instalasi Reimagination

Karya Reimagination adalah display dari kumpulan lukisan yang telah dipersiapkan di Indonesia sebagai imajinasi dan salah satu cara untuk menghadirkan karakter Si SIngamangaraja XII secara visual melalui gaya dan refleksi visioner. Karya ini didasari oleh tidak adanya foto dokumentasi dari wajah Si Singamangaraja XII dan hingga saat ini penggambarannya disimpan dan diceritakan secara lisan oleh penduduk Sumatera Utara. Dalam karya ini, Lifepatch berkerjasama dengan seniman dan perupa di Sumatera utara maupun di Jogjakarta yang memiliki pemahaman maupun gambaran akan wajah Si Singamangaraja yang mereka dapatkan secara turun temurun.


Pemasangan Instalasi The Three Flags

Karya The Three Flags adalah karya visual yang telah dipersiapkan di Indonesia yang mencoba memperlihatkan kehadiran kolonialisme dan zending sebagai salah satu pembentuk perubahan di Tanah Toba. Paradoksnya adalah konflik yang terjadi antara militer, kepercayaan asing dan budaya asli yang telah membawa krisis dan perubahan di Tanah Toba.


Referensi Dan Pranala Luar