Workshop Dry Yeast for Wine Making
Suatu workshop bagian dari program IB:SC, sebuah proyek yang tercipta melalui kerjasama antara lifepatch dan Komunitas Laboratorium Mikrobiologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM). Workshop ini juga merupakan sebuah workshop kelanjutan dari DIY Wine Making Workshop yang diselenggarakan bulan maret lalu.
Detail Acara
- Hari/Tanggal: Jumat / 13 Mei 2011
- Waktu: 17.00 WIB (Jam 5 Sore)
Workshop bersifat gratis dan terbuka untuk umum melalui pendaftaran. Tempat tersedia bagi pendaftar. Peserta diwajibkan membawa sebotol minuman mineral berukuran 1 liter yang akan digunakan sebagai air fermentasi dalam kegiatan workshop.
Kegiatan
Workshop ini mengajarkan para peserta mengenai langkah-langkah dasar dalam pembuatan fruit wine melalui proses fermentasi dari buah-buahan lokal dengan menggunakan "Dry Yeast". Dry Yeast yang digunakan merupakan sebuah produk yang dikembangkan bersama oleh Komunitas Laboratorium Mikrobiologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM), Nur Akbar Arofatullah, Agus Tri Budiarto dan Julian Abraham. Kegiatan workshop akan menitik beratkan pada cara higienis proses fermentasi dan penggunaan yeast dalam fermentasi.
Dry Yeast
Dry Yeast adalah Ragi kering yang digunakan sebagai medium dalam proses fermentasi. Dry Yeast pada dasarnya mengandung sel-sel hidup, mengandung mikroorganisme Saccharomyces cerivisiae di dalamnya. Seperti layaknya ragi lainnya, Dry Yeast mampu mengkonversi gula dan mengubahnya menjadi karbon dioksida (CO2) serta ethanol.
Selama berabad-abad, bentuk yang paling tersedia ragi adalah ragi segar. Walaupun ragi segar bekerja sangat baik, sayangnya ragi segar hanya dapat bertahan dengan kondisi baik dalam masa penyimpanan yang relatif singkat. Anda masih dapat membeli ragi segar dalam bentuk balok atau ragi basah dalam kubus kecil, tetapi umumnya Anda akan menemukan ragi kering aktif (Dry Yeast), yang pertama kali dikembangkan selama Perang Dunia II oleh Perusahaan Fleischmann. Keuntungan Dry Yeast adalah ragi ini dapat disimpan dalam sebuah kemasan kecil dan bertahan dengan kondisi aktif selama satu hingga dua tahun lamanya.